Gaes, pekan ini aku tercerahkan pada satu hal. Bahwa di minggu terakhir bulan April telah dilaksanakan Pekan Imunisasi Dunia (PID). PID yang digelar pada tanggal 24 – 30 April, mengambil tema “Ayo Imunisasi, Bersatu Sehatkan Negeri”.
Untuk menyambut hari spesial ini, Kemenkes menyelenggarakan temu blogger guna menyosialisasikan pentnya imunisasi.
Melansir data dari WHO tahun 2019, diperkirakan terdapat lebih dari 19,7 juta anak di dunia belum mendapatkan imunisasi lengkap. Bahkan ada anak, yang tidak mendapat imunisasi sama sekali.
Angka tersebut, aku yakin ada kaitannya dengan persepsi yang meningkat di sebagian penduduk . Masih menganggap imunisasi tidak ada dalam syariat agama, lalu meningkat isu bahwa vaksin mengandung zat berbahaya dan haram.
Untuk menangani keadaan demikian, Kemenkes sudah bergandeng tangan lintas stake holder. Diantaranya dengan BPOM dan MUI, hal ini guna menguatkan atau memberi legitimasi tentang kehalalan imunisasi.
-----
Akibat terjadinya pro dan kontra yang belum terjadi, ketika ini Indonesia tergolong dalam salah satu negara. Yang dalam kondisi normal (non pandemi), memiliki jumlah anak terbesar tidak mendapatkan imunisasi lengkap.
Sementara dalam kondisi pandemi COVID-19 dikala ini, Indonesia masih berpotensi menjadikan kejadian hebat. Berupa kemungkinan hadirnya penyakit –penyakit, yang bergotong-royong mampu dicegah dengan imunisasi.
Pekan Imunisasi Dunia diperingati, selaku pengingat perihal pentingnya anak menerima imunisasi. Dan PID diprakarsai WHO semenjak tahun 2012.
Indonesia sungguh antusiast dengan inisiasi WHO ini, termasuk satu dari 180 negara yang mendukung Pekan Imunisasi Dunia.
Kita orangtua yang teredukasi perihal imunisasi, telah musti mendukung diadakannya imunisasi selama periode pandemi. Imunisasi di kurun pandemi, dalam pelaksanaannya pasti mengalami pembiasaan.
Imunisasi di era pandemi, dengan mengamati hal-hal seperti berikut. Yaitu menciptakan akad dengan tenaga kesehatan (nakes) dan memastikan datang sempurna waktu. Jangan lupa tetap memakai masker ; selalu mencuci tangan dengan sabun atau handsanitiser; Menjaga jarak ; dan membersihkan diri dengan mengganti baju dengan yang baru sesampai di rumah.
Fasilitas kesehatan seperti puskesmas, klinik, fasyankes dan posyandu pun, mampu dipastikan melayani imunisasi dengan menerapkan protokol kesehatan.
Sehingga mampu menjamin ketentraman pasien, anak mendapatkan imunisasi yang dilaksanakan dengan baik tanpa hambatan.
Peran kita ( selaku individu) dalam imunisasi sungguh penting, mengingat 2 – 3 juta ajal dapat dicegah dengan imunisasi. Anak yang mendapatkan imunisasi, mampu menolong mencegah 26 penyakit. Sehingga dapat menangani resistensi anti biotik untuk menangkal penyakit di tahap permulaan.
Sementara apabila imunisasi tidak dilakukan dengan baik, kemungkinan akan terjadi dilema-problem baru. Misalnya KLB Campak, Difteri, Polio, dan apabila terjadi kini penanganannya lebih kompleks mengingat sedang pandemi.
Orangtua dengan anak yang menerima imunisasi secara lengkap, berarti turut menolong (secara global) menyelamatkan 1,5 juta orang setiap tahunnya.
Kalaupun dikala ini masih ada tarik ulur di tengah penduduk , kita yang sudah terpahamkan mampu menolong untuk meluruskan. Kita mampu berperan dalam skala kecil, di lingkungan yang terdekat.
----
Vaksin adalah produk biologi, yang dirancang dengan mengamati tingkat keamanan yang tinggi dan daya lindung yang mencukupi. Kalaupun ada kejadian ikutan terjadi pasca imunisasi, hal tersebut sebagai sesuatu yang wajar.
Setelahnya akan lebih banyak manfaat ditemukan, dibanding (sedikit) resiko yang menyertai. Dari kenyataan sudah membuktikan, beberapa negara dengan tingkat vaksin yang tinggi, mengalami penurunan angka kesakitan dan ajal yang berarti.
Sehingga tak berlebihan, bila pemerintah tak letih menekankan para orang bau tanah untuk menjinjing anak menerima imunisasi. Dan bagi yang telah diimunisasi, disarankan untuk melengkapi imunisasi anak.
Semoga berfaedah.
إرسال تعليق